Standar ukur yang umum digunakan dalam upaya mitigasi iklim adalah emisi karbon dalam ton. Ini menggambarkan berapa ton emisi karbon dalam perekonomian dalam suatu negara tiap tahunnya. Pengertian secara umum, emisi satu ton karbon di Amerika sama efeknya dengan emisi dari Indonesia. Namun berdasarkan penelitian bahwa sebenarnya itu tidaklah sama. Satu ton emisi karbon yang dihindari di Amerika akan memiliki efek pemanasan berbeda dengan satu ton emisi karbon yang dihindari dari hutan tropis. Hutan tropis bernilai 50% lebih dari hutan non-tropis dalam menjaga planet ini.
Hutan tropis memainkan peran penting dalam mengendalikan iklim karena selain menyerap karbon, hutan tropis mendorong pergerakan udara, air, dan panas melalui penguapan dan transpirasi yang menimbulkan hujan. Hilangnya hutan tropis memiliki dampak yang lebih besar pada iklim karena, deforestasi, selain berkontribusi terhadap emisi dan pemanasan, juga akan mengganggu pola curah hujan yang akan mengancam pertanian dan keanekaragaman hayati serta restorasi hutan itu sendiri.
Struktur alokasi tanggung jawab untuk melindungi iklim condong terhadap negara-negara yang memerlukan biaya besar untuk menjaga hutan tropis yang tersisa. Hutan Tropis lebih penting dan berhak atas bagian yang lebih besar dari pendanaan iklim. Biaya iklim ini hanya mencakup untuk mitigasi, belum termnasuk adaptasi karena hilangnya hutan tersebut akan menimbulkan banyak kesulitan akibat kekurangan air, suhu ekstrem dan kekurangan pangan pada masyarakat miskin dan rentan.
Inilah mengapa, menjaga hutan tropis menjadi agenda global yang sangat penting, apalagi 95% penggundulan hutan (deforestasi) terjadi pada hutan tropis.
Referensi: Wolosin and Harris. 2018. Tropical Forests and Climate Change: The Latest Science. World Resources Institute.