Jakarta – Prakarsa Lintas Agama untuk Hutan Tropis (IRI) Indonesia menegaskan bahwa kolaborasi erat antara pemerintah, sektor swasta, akademisi, masyarakat, dan media (Pentahelix) sangat penting dalam mengatasi deforestasi hutan tropis di Indonesia.
Direktur Eksekutif Muhammadiyah Climate Center (MCC), Agus S. Djamil, dalam Webinar IRI Indonesia bertajuk “Penanganan Deforestasi dan Perubahan Iklim dengan Pendekatan Pentahelix,” pada senin, 12 Agustus 2024, menyatakan bahwa setiap pemangku kepentingan memiliki peran krusial yang saling melengkapi dalam mencapai tujuan konservasi hutan.
Pemerintah, sebagai penggerak utama, harus menciptakan kebijakan yang mendukung pengelolaan hutan berkelanjutan dan memastikan penegakan hukum yang tegas. Sementara itu, sektor swasta didorong untuk mengadopsi praktik bisnis berkelanjutan dan berinvestasi dalam teknologi hijau.
Keterlibatan aktif masyarakat, terutama komunitas adat, juga sangat penting dalam memastikan keberlanjutan program konservasi. Akademisi berkontribusi melalui riset dan inovasi, sedangkan media berperan dalam meningkatkan kesadaran publik mengenai dampak negatif deforestasi.
Dengan kerangka Pentahelix, diharapkan sinergi yang lebih kuat antar pemangku kepentingan dapat terwujud, sehingga hutan tropis Indonesia dapat terjaga dan memberikan kontribusi nyata dalam mengatasi perubahan iklim global.
Webinar ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan menuju Konferensi Nasional IRI Indonesia yang juga akan mengangkat tema pentingnya kolaborasi Pentahelix dalam penanganan deforestasi dan perubahan iklim, dengan pendekatan berbasis agama.
Rep : Romadhon
Daftar di sini untuk menerima pembaruan tentang pekerjaan kami
© Hak cipta Prakarsa lintas agama untuk Hutan Tropis