Indonesia diberkati dengan hutan yang luas dan kaya secara biologis. Hutan tropisnya, yang paling luas di Asia dan terbesar ketiga di dunia. Hutan-hutan ini memiliki keragaman kehidupan yang luar biasa. Hutan ini memiliki keanekaragaman mamalia tertinggi kedua di dunia, dan menjadi rumah bagi 10 persen tanaman berbunga di dunia, 16 persen reptil, dan 17 persen spesies burung. Hutan Indonesia lebih dari sekadar hamparan pepohonan yang luas. Hutan-hutan tersebut mengandung aset ekologi, ekonomi, budaya, dan spiritual yang menjadikannya harta nasional bagi manusia dan alam. Nilainya bagi negara ini sangat besar, tetapi sering kali tidak dihargai.
Hutan mengatur iklim kita dengan menyerap dan menyimpan karbon dioksida dari atmosfer. Ketika hutan dibakar, ditebang atau dirusak, karbonnya dilepaskan ke atmosfer. Kita tidak dapat mengatasi perubahan iklim tanpa menghentikan dan membalikkan deforestasi. Hutan adalah satu-satunya mekanisme penangkapan dan penyimpanan karbon yang aman, alami, dan terbukti yang kita miliki dalam skala besar. Peran hutan Indonesia dalam penyerapan dan penyimpanan karbon masing-masing bernilai hingga US$ 97 juta dan US$ 19 miliar per tahun, dan hutan rawa gambut yang kaya akan karbon di Indonesia sangat penting dalam mitigasi perubahan iklim.
Sekitar 50 hingga 70 juta masyarakat adat/adat tinggal di Indonesia dan banyak dari mereka, mungkin 30 hingga 50 juta, bergantung pada sumber daya hutan untuk mata pencaharian mereka. Tanah adat – yang secara tradisional dikelola oleh masyarakat adat – mencakup hampir seperempat dari luas wilayah Indonesia. Namun, hanya sekitar 0,5 persen dari tanah di Indonesia yang diakui secara hukum sebagai tanah adat. Menipisnya sumber daya hutan telah mendorong masuknya lebih dalam ke kawasan hutan dan mengancam cara hidup masyarakat adat.
Baru-baru ini pada tahun 1960-an, 82 persen wilayah Indonesia adalah hutan. Tutupan hutan hujan terus menurun, dan sekarang hanya tersisa kurang dari setengah (49 persen) tutupan hutan asli Indonesia. Sebagian besar tutupan yang tersisa ini terdiri dari hutan yang ditebang dan terdegradasi. Perkebunan kelapa sawit dan serat kayu (terutama untuk industri pulp dan kertas), adalah dua kontributor terbesar hilangnya hutan di Indonesia. Antara tahun 2000 dan 2015, sekitar 1,6 juta hektar hutan primer dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit dan 1,5 juta hektar dikonversi menjadi perkebunan serat kayu. Secara kolektif, luasnya lebih besar dari Swiss.